MEMPERCEPAT PRODUKSI GAHARU DENGAN TEKNOLOGI INOKULASI
Gaharu
merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini banyak
diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan
gaharu sangat bervariasi dari bahan baku pembuatan dupa, parfum, aroma
terapi, sabun, body lotion, hingga bahan obat-obatan sebagai anti
asmatik, anti mikrobia, stimulan kerja syaraf, dan pencernaan. Akibat
dari pola pemanenan dan perdagangan yang masih mengandalkan alam,
beberapa jenis tertentu pohon penghasil gaharu mulai langka dan telah
masuk dalam appendix II CITES.
Mengantisipasi kemungkinan pubahnya pohon penghasil gaharu jenis-jenis
langka sekaligus pemanfaatannya secara lestari. Badan Litbang Kehutanan
melakukan upaya konservasi dan budidaya serta rekayasa untuk
mempercepat produksi gaharu dengan teknologi induksi atau inokulasi.
Serangkaian penelitian yang dilakukan Badan Litbang Kehutanan saat ini
telah menghasilkan teknik budidaya pohon penghasil gaharu dengan baik,
mulai dari perbenihan, persemaian, penanaman, hingga pemeliharaannya.
Sejumlah isolat jamur pembentuk gaharu hasil eksplorasi dari berbagai
daerah di Indonesia telah teridentifikasi berdasar ciri morfologis.
Penelitian yang dilakukan juga telah menghasilkan empat isolat jamur
pembentuk gaharu yang telah teruji dan mampu membentuk infeksi gaharu
dengan cepat. Inokulasi menggunakan isolat jamur tersebut telah
menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hanya dalam waktu satu bulan.
Ujicoba telah dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa
Barat (Sukabumi dan Darmaga), dan Banten (Carita).
Secara
teknis, garis besar tahapan rekayasa produksi gaharu dimulai dengan
isolasi jamur pembentuk yang diambil dari pohon penghasil gaharu sesuai
jenis dan ekologi sebaran tumbuh pohon yang dibudidayakan. Isolat
tersebut kemudian diidentifikasi berdasar taksonomi dan morfologi lalu
dilakukan proses skrining untuk memastikan bahwa jamur yang memberikan
respon pembentukan gaharu sesuai dengan jenis pohon penghasil gaharu
agar memberikan hasil optimal. Tahap selanjutnya adalah perbanyakan
jamur pembentuk gaharu tadi, kemudian induksi, dan terakhir pemanenan.
Untuk saat ini, produksi gaharu buatan yang dipanen pada umur 1 tahun
berada pada kelas kemedangan dengan harga jual US$ 100 per kilogram.
Di
pasaran dalam negeri, kualitas gaharu dikelompokkan menjadi 6 kelas
mutu, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan
(Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan
(A, B, C) dan Suloan. Klasifikasi mutu tersebut berbeda dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI) yang membagi mutu gaharu menjadi 3 yaitu Klas
Gubal, Kemedangan, dan Klas Abu. Perbedaan klasifikasi tersebut sering
merugikan pencari gaharu karena tidak didasari dengan kriteria yang
jelas.
INOKULASI
INOKULASI 1 BULAN
INOKULASI 5 BULAN
INOKULASI 6 BULAN
HASIL INOKULASI
0 komentar:
Posting Komentar