GAMBAR BIBIT GAHARU
Provinsi
Bengkulu Budidayakan Tanaman Kayu Gaharu
(ivan / MI)
JAKARTA - MI: -->
BENGKULU—MIOL: Pemprov Bengkulu sejak tahun lalu
mulai mensosialisasikan usaha budidaya kayu gaharu (aquilaria malacensis),
untuk dijadikan andalan pendapatan non kayu di masa mendatang.
Kayu gaharu merupakan satu hasil hutan non kayu
mengandung damar wangi (aromatic resin) dan bisa dijadikan sebagai komoditi
elit bernilai ekonomi tinggi, kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu Ir
Soegito, Kamis.
Menurut dia, usaha budidaya dan pengembangan kayu
gaharu dapat dilakukan dengan berbagai pola, terutama dengan mengoptimalkan
ruang tumbuh hutan dan lahan, khususnya pada wilayah yang sangat potensial bagi
perkembangan jenis kayu tersebut.
Ia menyatakan budidaya gaharu bisa berhasil secara berkelanjutan jika disertai dengan upaya pemberdayaan kelompok tani, kemitraan dan peningkatan daya saing yang melibatkan semua elemen masyarakat.
Karas/gaharu yang bernilai ekonomis tinggi itu
sedikitnya terdapat pada sedikitnya 16 jenis kayu, di antaranya aqualaria
hirta, aqualaria beccariana dan gyrinops Spp yang banyak tumbuh di 18 provinsi
di Indonesia.
Berdasarkan data Direktorat Inventarisasi Litbang
Depertemen Kehutanan, katanya, jenis kayu gaharu tumbuh secara alami di
Indonesia dengan luas seluruhnya sekitar 4,8 juta Ha, terdapat di 18 provinsi,
di antaranya kawasan hutan Sumatera Utara, Riau, Sumbar, Jambi dan Bengkulu.
Selain itu, tanaman itu juga tumbuh subur di Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Maluku, irian Jaya dan Papua.
Usaha budidaya kayu garahu sekaligus mencegah kepunahan karena pengambilan jenis kayu tersebut sudah berjalan sejak lama oleh masyarakat.
Getah kayu gaharu yang lebih dikenal dengan karas
itu, harga jual pada tingkat pedagang pengumpul mencapai Rp15 juta/Kg. Karas
dapat digunakan selain untuk obat-obatan juga parfum dan kosmetik.
Untuk industri farfum, gaharu digunakan sebagai komponen minyak wangi dan pengharum ruangan, sedangkan di sektor pengobatan dapat menyembuhkan penyakit kuning, ginjal dan obat penenang.
Pohon gaharu yang mempunyai karakteristik yang
rimbun dan berakar dalam, juga mempunyai fungsi ekologis dari aspek konservasi
tanah dan air.
Drs Yana Sumarna dari Litbang Hutan Konservasi Alam Departemen Kehutanan belum lama ini mengatakan, pengembangan budidaya gaharu sebaiknya dilaksanakan melalui penanaman secara swadaya oleh masyarakat dan dimasukan dalam program pemerintah.
Departemen Kehutanan, katanya, sudah melakukan penanaman gaharu bekerjasama dengan Universitas Mataram seluas 132 Ha di Desa Senaru Kabupaten Lombok Barat sejak tahun 1999.
Pohon gaharu rencananya akan dijadikan tanaman unggulan spesifik dalam proyek Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Gerhan), pada tahap awal akan dibuat daerah percontohan di enam provinsi, yakni Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara.
Pada tahun 2004 baru diadakan di dua provinsi, yakni Kalimantan Selatan dan Jambi, selebihnya dilakukan pada tahun berikutnya.
Tujuan ekspor gaharu Indonesia diutamakan ke Eropa, Arab dan Cina. Tahun 2003 produksi gaharu jenis aquilaria malacensis sebanyak 50 ton/tahun dan jenis A.filaria 125 ton/tahun dengan harga rata-rata Rp10 juta/Kg. (Ant/O-2)
============
Perkecambahan dan Perbanyakan
Gaharu secara In Vitro
(Mia Kosmiatin, Ali Husni, dan
Ika Mariska)
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetik Pertanian
Jalan Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111
ABSTRACT
In Vitro Germination and Micropropagation of Agarwood. Mia Kosmiatin, A. Husni, and I. Mariska. Agarwood (Aquilaria malaccensis Lank) is one of the forest wood that are continously exploited. Currently, the Indonesian export of agarwood is decreasing because its population is endangered by excessive logging. Agarwood propagations need technology for reproduction of agarwood seedlings and their fungal inoculum. In vitro technique for germination of recalsitrant seeds and micropropagation are technologies that can be used for propagation of agarwood seedlings. An experiment was done to develop techniques for in vitro germination and micropropagation of agarwood. The in vitro germination was done using two different techniques. Firstly, sterile seeds were germinated on an MS medium + 50 mg/l PVP, 50 mg/l GA, and 1 mg/l BA or kinetin. Secondly, sterile seeds were germinated on basal medium of MS, ½ MS medium, MS medium without vitamins, as well as on MS medium without pyridoxine, nicotinic acid and WPM. Shoot initiations and multiplications were done on MS and ½ MS media containing 1, 3, or 5 mg/l BA. The explants used were cotyledone nodes, terminal shoots, single node with leaf, and sinle node without leaf. The results showed that the seed germination rate on the different media ranged from 7,14 to 50%. The seed germination rate on the MS medium without vitamis was the highest. The best explants for shoot induction and multiplication was single node with leaf which was cultured on MS + 1 mg/l BA.Keywords: Aquilaria malaccensis Lank, in vitro germination, micropropagation.
Gaharu (Aquilaria malaccensis Lank) adalah salah
satu jenis tanaman hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi
tinggi karena kayunya mengandung resin yang harum baunya. Kayu yang mengandung
resin ini dikenal dengan nama gaharu, agarwood, aloeswood, dan oudh. Selain
untuk keperluan agama, gaharu juga dipakai sebagai bahan pembuat parfum, sabun
sari aroma gaharu, pengobatan, dan sampo (Ng et al. 1997; Chakraburty et al.
1994). Kayu gaharu juga cocok digunakan untuk pembuatan pensil (Lopez 1998).
Dengan nilai komersial yang demikian tinggi volume perdagangan gaharu semakin
meningkat. Permintaan internasional terhadap gaharu dari tahun ke tahun terus
bertambah (Shyun 1997; Ng et al. 1997).
Menurut Susilo (2003), volume ekspor gaharau
Indonesia pada periode 1990-1998 sebanyak 165 t dengan nilai US$ 2.000.000 dan
meningkat sebanyak 456 t dengan nilai US$ 2.200.000 pada periode 1999-2000.
Namun pada periode 2000-2002 volume ekspor menurun 30 t dengan nilai US$
600.000 karena gaharu sulit didapat. Selama ini gaharu diambil langsung dari
hutan alam (Hartadi 1997; Peters 1996) sehingga populasi tanaman ini di
Indonesia hampir punah (Oldfield et al. 1998). Sejak tahun 1994 CITES menetapkan
tanaman penghasil gaharu jenis A. malaccacensis termasuk APENDIX II, yaitu
jenis tanaman yang terancam punah.
Kepunahan tanaman gaharu selain disebabkan oleh
eksploitasi yang terus menerus juga belum tersedianya teknologi budi daya yang
efisien. Teknologi ini sulit dikembangkan karena ketersediaan bibit yang
terbatas. Selain itu, diperlukan juga teknologi inokulasi penyakit untuk
mendapatkan kualitas gaharu yang baik (Isnaini dan Situmorang 2005).Bibit
gaharu diperbanyak secara konvensional baik secara generatif maupun vegetatif
tetapi kedua teknik ini memerlukan waktu yang cukup lama dengan tingkat
keberhasilan yang relatif masih rendah.
Teknik in vitro telah banyak dimanfaatkan dan
memberikan harapan di masa mendatang untuk mengatasi penyediaan bibit gaharu.
Aplikasi teknologi ini dibidang pertanian selain dimanfaatkan untuk perbanyakan
juga konservasi dan perbaikan tanaman. Pemanfaatan teknik in vitro terutama
metode mikropropagasi dan embriogenesis somatik menjadi alternatif utama dalam
pengembangan dan konservasi gaharu di Vietnam (Minh 2004).Perbanyakan melalui
kultur in vitro dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu pembentukan tunas
adventif, proliferasi tunas lateral, dan embriogenesis somatik.
Proliferasi tunas lateral dapat dilakukan dengan
cara mengkulturkan tunas aksilar atau tunas terminal ke dalam media yang
mempunyai komposisi yang sesuai untuk proliferasi tunas sehingga diperoleh
penggandaan tunas dengan cepat. Setiap tunas yang dihasilkan dapat dijadikan
sebagai sumber untuk penggandaan tunas selanjutnya sehingga diperoleh tunas
yang banyak dalam waktu yang relatif lebih singkat. Menurut Mariska dan
Sukmadjaja (2003) faktor perbanyakan dengan teknik kultur in vitro jauh lebih
tinggi dari cara konvensional. Selain itu, teknologi ini juga lebih menjamin
keseragaman, bebas penyakit, dan biaya pengangkutan yang lebih
murah.Keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro baik melalui penggandaan
tunas, organogenesis maupun embriogenesis somatik sangat dipengaruhi oleh
genotipa dan eksplan, jenis media dasar, serta jenis dan konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang digunakan (Monnier 1990; Liz dan Levicth 1997).
Pada umumnya, tanaman berkayu sangat sulit melakukan
proliferasi tunas dan regenerasi, sehingga diperlukan manipulasi di dalam media
tumbuhnya supaya eksplan mampu melakukan regenerasi membentuk tanaman utuh
(Dixon dan Gonzales 1994). Penambahan sitokinin dalam media pada umumnya sangat
diperlukan pada tahap induksi maupun penggandaan tunas. Oksidasi fenol pada
tanaman berkayu juga cukup tinggi sehingga sering menghambat pertumbuhan
eksplan. Penambahan senyawa yang dapat mengantisipasi aktivitas ini menjadi
sangat diperlukan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode
perkecambahan in vitro biji gaharu dan formulasi media serta eksplan yang
sesuai untuk induksi dan multiplikasi tunas.
TEKNOLOGI PERCEPATAN
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ( BAPPEDA )
Kabupaten Ketapang bekerjasama dengan Lembaga Penelitian Universitas Tanjung
Pura telah mengadakan Opservasi dan Presentasi pada tanggal, 7 Desember 2006
dan telah dihadiri oleh beberapa Dinas Instansi terkait.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ketapang FARHAN, SE,Msi. Dalam kata
sambutannya secara singkat mengatakan bahwa masih adanya sebagian masyarakat di
Pedesaan belum memahami cara mengambil
Gubal Gaharu, yang sudah bisa diambil / panen. Selanjutnya dikatakan dengan
adanya kegiatan Penelitian ini, karena sudah banyak kejadian bahwa sudah banyak
jumlah pohon yang ditebang namun tidak terdapat gaharu, karena itu Kepala BAPPEDA
mengharapkan Lembaga Penelitian dari Universitas Tanjung Pura agar kegiatan ini
bisa bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Dinas Perkebunan untuk mengadakan
Penelitian secara terpadu.
Adapun tenaga Penelitian, selaku Ketua Penanggung Jawab, DR,Ir.Abdurrani Muin MS. Mengatakan “kegiatan ini sudah diuji coba di Kabupaten Kapuas Hulu, namun karena di Ketapang terdapat Gubal Gaharu yang asal alami dan asal tebang. Untuk mendapatkan Gubal Gaharu akan diadakan melalui Suntikan Gaharu yang terbuat dari Cendawan yang dikembang biakan.
Di Ketapang Gaharu bisa tumbuh diantara Pohon-pohon
lainnya seperti : Karet dan tumbuh-tumbuhan, karena pembuatannya sangat mudah
dan umur kayu mencapai 5 (lima) Tahun sudah bisa ditebang / panen, dan hasil
kayu gaharu ini di Exspor ke Singapura dengan harga yang cukup tinggi. Untuk
itu dihimbau pada Masyarakat agar mulai saat ini agar segera menanam Kayu
Gaharu di kebun-kebun atau perkarangan karena hasilnya sangat menjanjikan
dengan pendapatan yang cukup besar bagi petani dan bisa meningkatkan PAD
setempat.
Di Kabupaten Ketapang telah diuji coba di Desa
Segagap Kacamatan Nanga Tayap dan sudah mencapai umur 6 (enam) Bulan, di
harapkan di Daerah lain agar bisa mengikuti, sehingga beberapa tahun kedepan
Ketapang bisa menjadi Daerah Pengexspor Gaharu terbesar ke Singapura. ( T a m r
i n ). "
Harga Gaharu Capai Rp 21
Juta/Kg
Selasa, 04 Maret 2008
Sabtu,
20 September 2003
Putussibau,- Masyarakat Bumi Uncak Kapuas mulai
mengembangkan budidaya pohon gaharu. Kayu ini memiliki nilai jual yang cukup
tinggi, perkilo gaharu jenis super "A' harganya mencapai Rp 21 juta.
Bahkan saat ini, bibit pohon gaharu juga mulai dijual bebas dan sudah banyak
masyarakat yang membudidayakannnya. "Untuk lebih mengembangkan pohon
gaharu ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kapuas Hulu akan melakukan
penyemaian bibit pohon gaharu," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Kapuas Hulu, Ir Sirajul Alam kepada Pontianak Post belum lama ini.
Lebih lanjut Sirajul menambahkan, kayu gaharu ini
akan menghasilkan gaharu jika pertumbuhannya tidak terganggu. Kayu ini juga
bisa hidup disembarang tempat. Sehingga untuk membudidayakan pohon ini sangat
mudah, demikian juga dengan pemeliharaannya.
Dikatakannya lagi, menurut mitos pohon gaharu
mengandung unsur mistis. Karena pada saat mencari pohon tersebut tidak semua
orang bisa menemukan gaharu yang memiliki kualitas baik. Sehingga untuk
mendapatkan gaharu sangat tergantung dengan "heng" (keberuntungan)
masing-masing orang. Sedangkan yang paling mengerti mencari gaharu, adalah
masyarakat Kapuas Hulu sendiri, terutama yang sudah terbiasa mencari gaharu di
hutan-hutan. Melihat peluang usaha baru inilah Dishutbun Kapuas Hulu akan
melakukan pembibitan dalam skala besar.
"Sekarang pohon gaharu yang sudah ditanam oleh
masyarakat Kapuas Hulu telah mencapai ribuan batang. Budi daya tanaman ini
sangat menjanjikan, bayangkan jika pohon gaharu yang ditanam bisa menghasilkan
gaharu super (kelas A) harganya sekarang Rp 21 juta. "Satu pohon gaharu
bisa menghasilkan puluhan kilo gharu," jelas Sirajul. Selama ini gaharu
yang didapat masyarakat di hutan dijual ke Jakarta, Arab Saudi dan beberapa
negara lainnya.
Dikatakannya, gaharu memiliki nilai jual yang cukup
tinggi, karena bisa digunakan sebagai bahan obat-obatan dan wangi-wangian yang
tidak mengandung alkohol. "Melihat peluang usaha inilah kita (Dishutbun,
Red) mencoba membudidayakan bibit pohon gaharu dengan cara penyemaian,"
jelasnya.(aan)
Pelatihan Nasional
BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN GAHARU
Selasa, 04 Maret 2008
BUDIDAYA DAN PENGOLAHAN GAHARU
Latar Belakang Indonesia adalah produsen gaharu
terbesar di dunia dan menjadi tempat tumbuh endemik beberapa species gaharu
komersial dari marga Aquilaria seperti A. malaccensis, A. microcarpa, A. hirta,
A. beccariana, A. filaria dan lain-lain. Pada tahun 1985, jumlah ekspor gaharu
Indonesia mencapai sekitar 1487 ton, namun eksploitasi hutan alam tropis dan
perburuan gaharu yang tidak terkendali telah mengakibatkan species-species
gaharu menjadi langka.
Sehingga pada tahun 1995 CITES (Convention on
International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) telah
memasukkan A. malaccensis, penghasil gaharu terbaik ke dalam daftar appendix
II. Sejak saat itu ekspor gaharu dibatasi oleh kuota yaitu hanya 250 ton/tahun.
Namun sejak tahun 2000, total ekspor gaharu dari Indonesia terus menurun hingga
jauh dibawah ambang kuota CITES. Semakin sulitnya mendapatkan gaharu di hutan
alam telah mengakibatkan semua pohon gaharu (Aquilaria spp. dan Gyrinops spp.)
dimasukkan dalam Apendix II pada konvensi CITES tanggal 2-14 Oktober 2004 di
Bangkok.
Karena kekhawatiran akan punahnya species gaharu di
Indonesia, maka sejak tahun 2005 Departemen Kehutanan telah menurunkan kuota
ekspor menjadi hanya 125 ton/tahun.Untuk memenuhi permintaan ekspor, perlu
dilakukan upaya peningkatan produksi gaharu secara lestari. Hal ini dapat
dicapai melalui upaya konservasi, pembangunan hutan industri gaharu yang
didukung dengan tersedianya bibit unggul, serta teknologi bioproses gaharu yang
efektif.
Selain untuk mempertahankan kelestarian gaharu,
konservasi plasma nuftah gaharu baik secara in situ maupun ex situ juga akan
memberikan peluang dihasilkannya bibit unggul. Penemuan bibit unggul yang
memiliki sifat potensial dalam menghasilkan gaharu dapat dilakukan melalui
metode seleksi, baik seleksi in planta (pada pohon) maupun in vitro (di
laboratorium).
Menyikapi hal-hal tersebut diatas, SEAMEO BIOTROP
mengambil langkah dengan menyelenggarakan pelatihan bagi peminat gaharu, baik
pengembang, peneliti ataupun pengusaha.
Tujuan Pelatihan
1.
Memperkenalkan dan mendiskusikan beberapa metode yang terkait dengan
budidaya gaharu
2.
Alih teknologi tentang strategi peningkatan produksi gaharu secara
lestari.
Pada akhir pelatihan ini diharapkan para peserta
memiliki pengetahuan dasar untuk pengembangan gaharu di daerah masing-masing,
sehingga upaya meningkatkan produksi gaharu secara lestari dapat dicapai di
masa datang.
Materi Pelatihan
Materi Pelatihan
Pelatihan ini terdiri dari 30% teori dan 70%
praktek, baik di laboratorium maupun di lapangan.
Melalui pelatihan ini, aplikasi perbanyakan tanaman
gaharu untuk menghasilkan bibit unggul akan dilakukan secara vegetatif (klonal)
baik melalui cangkok, setek, maupun kultur jaringan. Selanjutnya penyediaan
bibit unggul dapat diupayakan melalui pembangunan bank klonal secara in vitro
dan kebun benih klonal (Clonal Seed Orchards).
Alih teknologi bioproses gaharu yaitu induksi
pembentukan gaharu pada pohon dengan menggunakan inokulum cendawan yang telah
teruji kemampuannya baik secara in vitro maupun in planta, juga akan
disampaikan pada pelatihan ini, selain teknologi penyulingan minyak gaharu
untuk meningkatkan nilai jual produk tersebut.
Selain itu, Laboratorium Bioteknologi tanaman SEAMEO
BIOTROP sejak tahun 1995 telah meneliti dan memiliki pengalaman dalam bidang
konservasi, seleksi pohon unggul, perbanyakan bibit melalui teknik kultur
jaringan dan setek, serta bioproses gaharu. Dengan penguasaan metode pemuliaan
pohon gaharu ini serta pertukaran informasi melalui diskusi antar peserta
pelatihan, diharapkan menjadi titik awal menuju produksi gaharu secara lestari
Topik Pelatihan
Pengenalan beberapa species gaharu komersial asli
Indonesia seperti: A. malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, dan
A. filaria serta A. crassna asal Camboja.
Seleksi pohon
gaharu unggul.
1.
Teknik perbanyakan bibit gaharu unggul secara vegetatif (kultur
jaringan dan stek).
2.
Silvikultur gaharu.
3.
Teknik induksi pembentukan gaharu pada pohon.
4.
Pemanenan dan Klasifikasi gaharu.
5.
Penyulingan minyak gaharu.
Sertifikat
Setiap peserta yang mengikuti pelatihan ini secara keseluruhan akan mendapatkan sertifikat pada akhir pelatihan.
Waktu dan
Tempat Pelaksanaan
Pelatihan ini akan dilaksanakan pada tanggal 28-30
Nopember 2005. di SEAMEO BIOTROP, Jl. Raya Tajur km 6 Bogor.
Syarat-syarat Peserta Pelatihan
Petani, Konservator, Dosen, Peneliti, Pengusaha, dan
masyarakat umum yang tertarik dengan komoditi gaharu.
Biaya Pendaftaran
Pendaftaran peserta pelatihan paling lambat diterima
pada tanggal 18 Nopember 2005, dengan membayar biaya pelatihan sebesar Rp.
3.500.000.- (tiga juta lima ratus ribu rupiah). Biaya tersebut mencakup
Akomodasi, Konsumsi, Training Kit, Fieldtrip dan Seminar Nasional Gaharu (1- 2
Desember 2005)
Informasi lebih lengkap dapat diperoleh melalui
sekretariat:
BIOTROP Training and Information Centre
Koordinator
Pelatihan :
u.p. S. WidodoJl. Raya Tajur Km 6, PO Box 116, Bogor
E-mail: btic@biotrop.org; widodo@biotrop.org Tel : 0251-320224Fax :
0251-320224/326851
Course Leader :
Jonner Situmorang MSi.E-mail: mailto:jonner.situmorang@biotrop.orgTel:
0251-323848; HP: 0812 80702168 Fax: 0251-326851
Yupi Isnaini MSi. E-mail: yupi@biotrop.org HP: 0812 8488173
Super Gaharu
The most demanding of the chips fibre in the world
from tropical forest trees namely gaharu or agarwood, we offer and sale the
seedling or bibit, gubal, kemedangan, teri, we provide the artificial or
suntikan of planted trees (offering the collaboration), it is priceless or low
price against the best quality, the gaharu oil is available.
Jenis kayu yang sangat dicari di pelosok penjuru
dunia dengan nama gaharu, kami menyediakan bibit, gaharu chip, minyak gaharu,
cendawan inokulan gaharu, alat kerja panen, investasi suntikan gaharu dengan
harga yang sangat menantang.
Contoh
Penawaran :
Gaharu hasil suntikan dengan kualitas yang baik
setelah 1 tahun disuntik dengan harga jual USD 200/kg.
Inoculated Agarwood with the best quality after 1 year inoculation with the price USD 200/kg.
We offer the seedling with the best price Rp.
25.000/20-30 cm, Rp. 250.000/2 m; Rp. 500.000/3 m.
Kami menyediakan bibit gaharu dari berbagai jenis
dengan harga yang sangat baik Rp 25.000/tinggi 20-30 cm; Rp. 250.000/tinggi 2
m; dan Rp. 500.000/tingi 3 m.
Silakan hubungi kami di :
Silakan hubungi kami di :
Hairul Sani
081352407795, email : habib_aisyah@yahoo.co.id,
Bank Muamalat Cabang Pontianak, no rek ..........................
Gaharu
Gaharu
Gaharu merupakan hasil dari jenis kayu tertentu yang
terdapat dalam hutan. Dengan kata lain gaharu atau gubal gaharu (juga sering
disebut sebagai (aloeswood, eaglewood, agarwood) merupakan substansi aromatik
(aromatic resin) berupa gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai
coklat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam dari kayu tertentu.
Substansi aromatik yang terkandung dalam gubal gaharu ini termasuk dalam
golongan sesquiterpena, dimana substansi ini memiliki struktur kimia yang
sangat spesifik sehingga sampai saat ini belum dapat dibuat secara sintesis
Adapun pohon penghasil gaharu ada 18 jenis berasal dari suku Tymelaeaceae , dan 3 jenis lainnya, yakni Excocaria agalocha L. dan Dalbergia parviflora Roxb. Berasal dari suku Euphorbiaceae dan Fabaceae, dan Aloexylon agallocum Loureuio, anggota suku Leguminoceae . Dari 15 jenis pohon gaharu dari suku Tymelaeaceae , terdiri dari 7 jenis dari marga Aquilaria, 3 jenis dari marga Wikstroemia, 2 jenis dari marga Gonytyllus dan 1 jenis masing-masing dari marga Gyrinops , Aetoxylon dan Enkleia.( Airy Show, 1948; Ding Hou, 1960. 1964; Yule Burnell,2000; Wiryadinata, 1995).
Popularitas dan tingginya harga gaharu sudah dikenal
sejak ratusan tahun silam. Gaharu dari Indonesia banyak dikirim ke Cina,
Taiwan, Hongkong, Jepang, Saudi Arabia (Timur Tengah) dan beberapa negara
Eropa. Nilai ekonomi gubal gaharu bervariasi tergantung kelasnya. Sabagai
contoh untuk kualitas super Rp 4 juta sampai Rp 5 juta, dan kelas terendah C2
(kemedangan) Rp 100 ribu sampai Rp 500 ribu. Saat ini Indonesia adalah
eksportir terbesar untuk gubal gaharu yang diperoleh dari pohon A. malacensis
Lamk. Pada tahun 1993, Indonesia mengekspor gubal gaharu tersebut sebanyak 300
ton ke Hongkong, Jepang, Taiwan, Singapura, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Oman
dan Yaman, dengan harga US $ 100 per kilogram untuk kualitas terendah, bahkan
untuk kualitas super harganya dapat mencapai US $ 10.000 per kilogram terutama
dinegara-negara Emirat Arab, Saudi Arabia dan Bahrain (WCMC, 2001; Susila,
2003.)
Gaharu ini digunakan sebagai bahan baku industri
parfum, kosmetika,obat-obatan dan untuk keperluan ritual agama. Sebagai obat
dan wewangian penggunaan gaharu masih berlangsung hingga kini.
Selama ini produksi gubal gaharu hanya mengandalkan gubal gaharu secara alami. Namun akibat kurangnya ketrampilan para pemburu dalam mengenali pohon yang sudah membentuk gubal gaharu, maka penebangan yang sia-sia banyak terjadi .
CV. Alam Tropika. IR. RAWANA,MP - Pusat:Keparakan
Kidul MG 1/1265 Yogyakarta, Indonesia 55152. Telp 62-274-6515793 - HP
62-8122753622. Kantor Cabang: Jl Lowanu No. 23 Yogyakarta-Indonesia telp./fax.
62-274-377879. Area research: Dusun Sawo, desa Wirokeren,Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta, Indonesia
Gaharu ( Aquilaria)
Gaharu ( Aquilaria)
Gaharu adalah kayu wangi yang sudah diresapi resin
yang dijumpai pada pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi,
dapat digunakan untuk pengasapan, dan untuk obat. Di Indonesia, persediaan
pohon ini diperkirakan mencapai 1,87 pohon per ha di Sumatera, 3,37 pohon per
hea di Kalimantan, dan 4,33 pohon per ha di Papua. Keberadaan pohon itu sendiri
tidak menjamin keberadaan resin.
Para ilmuwan memperkirakan hanya 10% dari pohon
Aquilaria di dalam hutan yang mengandung gaharu . Indonesia adalah eksportir
utama produk gaharu di dunia. Dengan permintaan pasar yang tinggi, banyak
kolektor yang tidak trampil tertarik untuk mengeksploitasi gaharu dan,
akibatnya, sebagian besar populasi gaharu rusak terlepas bahwa kayu ini
tercantum dalam CITES Appendix II.
Baru-baru ini, harga untuk gaharu dengan mutu
terbaik dinyatakan sebesar kurang-lebih $400/kg dan sebagian besar bahan ini
diselundupkan dan diperdagangkan secara ilegal keluar dari negara ini.
Pekerjaan kami saat ini terfokus pada pemantauan
perdagangan gaharu dan menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memajukan panen
yang tidak merusak lingkungan. Misalnya, kami bekerjasama dengan para pemegang
kepentingan [stakeholder] setempat di Taman Nasional Kayan Mentarang (KMNP)
untuk mempromosikan penangkaran dan penanaman spesies Aquilaria setempat dan
inokulasi dengan jamur pusarium .
Prakarsa ini dilaksanakan di berbagai bagian dari
zona penyanggap KMNP atas permintaan antusias dari masyarakat itu sendiri. Kami
berharap hal ini akan menjadi alternatif yang tidak merusak lingkungan selain
dari eksploitasi gaharu tradisional dan usaha berbasis pelestarian dapat
didekati dengan hasil ekonomi tertentu. (Sumber: WWF)
NIKMATNYA GAHARU PAHITNYA DERITA
Budidaya Gaharu Di TTS Gagal
Total
30 Juni 2008 15:13 WIB
30 Juni 2008 15:13 WIB
SoE, NTT ( Berita ) : Budidaya tanaman gaharu di
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) gagal total
karena sistem pemeliharaan yang rumit dan tanaman mudah stres di lingkungan
baru.
“Kami sudah lakukan budidaya tanaman beraroma wangi itu pada areal sekitar dua hektare, tapi tingkat pertumbuhannya hanya sekitar 10 persen saja,” kata Kepala Dinas Kehutanan TTS, John Christian Mella kepada tim kunjungan kerja DPRD NTT di SoE, ibukota Kabupaten TTS, sekitar 110 km timur Kupang, Senin [30/06] .
Tim kunjungan kerja DPRD NTT yang dipimpin Marthen Asbanu (FPG) itu melihat proyek-proyek bantuan APBD NTT serta menjaring aspirasi rakyat untuk penyusunan anggaran 2009.
Ketika mendengar penjelasan dari Kadis Kehutanan TTS
soal sulitnya pengembangan tanaman gaharu, Marthen Asbanu meminta Dinas Kehutanan
NTT untuk menghentikan penyaluran bibit gaharu ke TTS untuk menekan anggaran
belanja di bidang rehabilitasi hutan dan lahan.
Menurut Mella, pengadaan anakan gaharu itu di daerah
Amfoang, sebuah kecamatan di Kabupaten Kupang yang teritorialnya berhadapan
langsung dengan negara Timor Leste. “Anakan gaharu itu tidak disemai terlebih
dahulu tetapi dicabut kemudian dimasukkan dalam polbet dan langsung
didistribusi,” katanya melukiskan kegagalan gaharu di TTS yang pernah dikenal
sebagai daerah penghasil kayu cendana terbesar di NTT itu.
Asbanu mengharapkan Dinas Kehutanan TTS terus
membudidayakan tanaman cendana untuk mengembalikan kejayaan TTS sebagai daerah
penghasil cendana terbesar di NTT.
Mella mengatakan, saat ini pihaknya tengah
mengembangkan tanaman cendana pada areal seluas 10 hektare dengan tingkat
pertumbuhan yang cukup menjanjikan.
Tanaman beraroma wangi ini hanya bisa dipanen pada usia pohon di atas 40 tahun terhitung dari masa tanam. “Jika usia pohon cendana sudah di atas 40 tahun maka aroma wanginya sangat terasa jika dibandingkan dengan yang berusia di bawah 40 tahun,” kata Mella.
Tanaman beraroma wangi ini hanya bisa dipanen pada usia pohon di atas 40 tahun terhitung dari masa tanam. “Jika usia pohon cendana sudah di atas 40 tahun maka aroma wanginya sangat terasa jika dibandingkan dengan yang berusia di bawah 40 tahun,” kata Mella.
Tanaman cendana di TTS menjadi nyaris punah karena
dalam usia 10 tahun sudah dibabat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
karena tergiur dengan mahalnya harga komoditas tersebut di pasaran gelap.
“Harga cendana di pasar gelap saat ini sekitar Rp8
juta/kg, sedang di pasaran umum antara Rp2,5 juta sampai Rp3 juta/kg,” katanya
melukiskan nafsu orang-orang serakah terhadap harga kayu Cendana sehingga belum
memasuki usia panen pun langsung dibabat oleh oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab.
(ant )
SEMBUHKAN BANYAK PENYAKIT
Gaharu Sembuhkan Banyak
Penyakit
JAKARTA – Gaharu dikenal berasal dari marga tumbuhan
bernama Aquilaria. Di Indonesia tumbuh berbagai macam spesiesnya, seperti A.
malaccensis, A. microcarpa, A. hirta, A. beccariana, dan A. Filaria. Karena
banyaknya jenis tumbuhan ini ada di Indonesia, maka bukan barang aneh, bila
kemudian tumbuhan ini juga banyak dimanfaatkan masyarakat. Salah satu
manfaatnya merupakan fungsi flora ini sebagai obat. Meningkatnya penggunaan
obat-obatan dari bahan organik seperti tumbuhan (herbal), membuat gaharu
semakin diminati sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam
penyakit.Dari hasil penelitian yang ada, gaharu dikenal mampu mengobati
penyakit seperti stres, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang usus,
rhematik, tumor dan kanker. Kini pengunaan gaharu sebagai obat terus meningkat.
Tapi sayangnya hingga kini, Indonesia baru mampu memasok 15 persen total
kebutuhan gaharu dunia. Bahkan kini fungsi gaharu juga merambah untuk bahan
berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Sebagai kosmetik gaharu bisa
dijual seharga Rp 2-5 juta per kilogram, bahkan untuk jenis super dan dobel
super harganya mencapai Rp18 juta per kilogram. Di Indonesia tanaman ini
dikelompokan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu. Atas dasar itu,
pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang digalakkan
pemerintah.
Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya sangat
menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.Untuk satu hektare
gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun hasil
panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya gaharu sangat cocok
dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat
luas dan tidak terbatas. (ant/slg)
DIKUTIP DARI : Copyright © Sinar Harapan 2003
Minggu, 03 Maret 2013
ternyata rebusan kulit buah gaharu bisa menyembuhkan
penyakit stroke, memang sangat pahit rebusannya, tapi khasiatnya masya allah.
silahkan di coba.semoga bermanfaat info ini
http://gaharukampar.blogspot.com/2013/03/kulit-buah-obat-stroke.html
Pontianak,-
Hutan memiliki berbagai sumber daya tumbuh-tumbuhan.
Namun, seiring berjalannya zaman dan ramainya pembalakan liar, kelestarian
hutan pun terpinggirkan. Berbagai tanaman pun mulai langka karena tidak
optimalnya kegiatan peremajaan. Tanaman Gaharu tak luput dari pembalakan liar,
membuat gubal gaharu pun menjadi barang langka, sehingga diperlukan
langkah-langkah pelestarian diantaranya dengan penggunaan teknologi. Teknologi
apa saja yang bisa digunakan untuk mempercepat Gubal Gaharu pada pohon
penghasil Gaharu? Disadur : Chairunnisya SEBAGIAN masyarakat Kalimantan Barat
menggantungkan hidupnya dari segala potensi yang ada di dalam hutan,
diantaranya tanaman Gaharu. Gubal Gaharu merupakan salah satu hasil hutan
ikutan yang sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama
mereka yang hidup di sekitar hutan. Di hutan, terdapat berbagai jenis pohon
hutan yang menghasilkan gubal gaharu, dan sebagian besar sudah dibalak untuk
dimanfaatkan kayunya. Jenis-jenis pohon tersebut diantaranya berasal dari
famili Thymelaeceae seperti Aquailaria spp, Wikstroemia spp, Gonystylus spp,
Girinops spp, Aetoxylon sp dan Enkleia sp. Sekarang ini, gubal gaharu hanya
dihasilkan dari jenis pohon tertentu seperti Aquilaria spp dan Gyrinops spp
saja. Sedangkan dari jenis lainnya belum banyak diketahui potensi gaharunya.
Gubal gaharu ini dikenal karena mengandung aroma wangi dan digunakan sebagai
bahan baku obat-obatan. Pemanfaatan gaharu dari tahun ke tahun terus meningkat.
Pemanfaatannya yang sangat luas membuat harga gaharu terus meningkat dari waktu
ke waktu. Sekitar 6 tahun lalu, harga gubal gaharu kelas super sekitar Rp. 1
juta sampai Rp. 1,5 juta per kilogram. Harga ini jauh lebih meningkat sekarang
ini, harga gubal gaharu sudah mencapai Rp 5 juta per kilogram. Dalam setiap
pohon yang mencapai umur delapan sampai 10 tahun bisa menghasilkan tiga sampai
lima kilogram gubal gaharu, sehingga dalam satu pohon saja, masyarakat bisa
berpenghasilan antara 15 juta sampai 25 juta. Kendati pemanfataan gaharu
berlangsung cepat, namun proses pembentukan gaharu masih lambat sehingga
diperlukan teknologi yang dapat mempercepat terbentuknya gaharu. Maka itu,
peneliti DR. Ir Abdurrani Muin, MS melakukan penelitian berjudul Teknologi
Percepatan Pembentukan Gubal Gaharu Pada Pohon Penghasil Gaharu. Penelitian
yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Daerah Ketapang dengan Lembaga
Penelitian Universitas Tanjungpura ini dilakukan di Kecamatan Nanga Tayap
Kabupaten Ketapang. Percepat Terbentuk Gubal dengan Inokulan Salah satu
teknologi yang digunakan untuk mempercepat terbentuknya gubal gaharu adalah
dengan inokulasi cendawan pembentuk gaharu. Peneliti, Dr Ir H Abdurrani Muin
menjelaskan inokulasi merupakan cara menularkan suatu jasad renik (mikroba)
kepada individu lainnya. Cendawan pembentuk gaharu berupa jasad renik atau
mikroba yang akan merubah ekstraktif dalam bagian berkayu pohon-pohon, yang
dapat menghasilkan gaharu menjadi ekstraktif yang beraroma gaharu.
®
Tujuan dari inokulasi ini yaitu agar proses pembentukan gaharu pada
pohon gaharu menjadi lebih cepat. Inokulasi dilakukan dengan memasukan inokulan
yang telah dikembangbiakan di Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Untan
ke dalam batang pohon gaharu,
®
jelas Abdurrani. Inokulan yang digunakan berasal dari genus Fusarium
sp. Genus ini sudah banyak dikenal sebagai cendawan yang dapat membentuk gubal
gaharu kualitas tinggi. Abdurrani menjelaskan tahapan dimulai dengan melakukan
pengeboran menggunakan bor listrik dan dibantu dengan generator sebagai
penggerak bor.
®
Kedalaman lubang bor bervariasi tergantung diameter atau keliling pohon
yang akan dibor. Semakin besar pohon yang dijadikan sampel dalam inokulasi,
maka lubang pengeboran akan semakin dalam. Lubang bor yang dibuat dalam
penelitian ini berkisar antara 5 cm sampai 15 cm.
8 komentar:
Terima kasih infonya gan
info yg menarik soal gaharu
http://nabillasy.blogspot.com/
Terima Kasih Infonya sangat bermanfaat
Sangat bermanfaat gan, jangan lupa kunjungannya disini gan:
http://asoftware-community.blogspot.com/
assalamu alaikum wrb....
nama saya pak gufron,kami petani gaharu di propinsi riau .
kami punya minyak gaharu 200 kg ,hasil kebun kami sendiri yang luas 2 hektar.
ini hasil panen minyak pertama dari kebun kami ,kami sangat berharap bisa mendapatka harga yang layak dari buyer pembeli hasil minyak gaharu ...
kami butuh informasi dari para buyer dan bisa menghubungi kami di no pribadi keluarga 0823 84 222 566 dengan melalui bantuan anak saya aisya kami sekeluraga di riau sangat membutuhkan informasi dari anda
terimakasih..........
assalamu alaikum wrb....
nama saya pak gufron,kami petani gaharu di propinsi riau .
kami punya minyak gaharu 200 kg ,hasil kebun kami sendiri yang luas 2 hektar.
ini hasil panen minyak pertama dari kebun kami ,kami sangat berharap bisa mendapatka harga yang layak dari buyer pembeli hasil minyak gaharu ...
kami butuh informasi dari para buyer dan bisa menghubungi kami di no pribadi keluarga 0823 84 222 566 dengan melalui bantuan anak saya aisya kami sekeluraga di riau sangat membutuhkan informasi dari anda
terimakasih..........
Terima kasih infonya gan.
Lumayan buat nambah elmu.
Gema Parfum
Parfum Aroma Aromatic.
----------
Menyediakan Permainan Slot Paling Lengkap Dengan Bonus-Bonus Jackpot Berhadiah Ratusan Juta !
Hanya Dengan Nominal Deposit 50 Ribu Saja, Anda sudah bisa menikmati berbagai Bonus Yang Ada Dan Jackpot Yang Tercantum Pada Setiap Slot !
Nikmati Permainan Slot Online Terlengkap Di Agen Linkaja88 Sekarang Juga !
Tersedia :
• Slot Pragmatic Play
• Slot Red Tiger
• Slot Spade Gaming
• Slot JBD
• Slot Joker123
• Slot VivoSlot
• Slot Play1628
Tersedia Transaksi Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !
Daftar Sekarang Juga & Nikmati Promo-Promo Terbaru Yang Ada !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
Posting Komentar