Ilustrasi kayu gaharu | KOMPAS/HERU SRI KUMORO
MATARAM, KOMPAS.com — Kayu gaharu (Aquilaria malaccensis)
memiliki pangsa pasar khusus dan permintaan yang tinggi. Di China,
Taiwan, dan khususnya Timur Tengah, kayu yang disejajarkan dengan
cendana ini laku keras.
"Kalau permintaan dari Timur Tengah,
China, dan Taiwan, tidak ada batasnya, berapa pun pasti diterima. Tapi,
kan, tiap provinsi diberi jatah. Ya, sebesar kuota itu yang kami
penuhi," kata Faisal Bages, pengusaha penampung dan eksportir kayu
gaharu, Minggu (6/11/2011), di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
Menurut
Faisal, harga eskpor kayu gaharu kelas super yang tumbuh alami saat ini
Rp 10 juta per kilogram, naik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya
seharga Rp 4 juta-Rp 5 juta.
Kenaikan harga gaharu (disebut
ketimusan di Lombok) disebabkan populasi kayu yang dijadikan wewangian
dan dupa ini sangat menipis. Yang tumbuh alami bisa disebut antara ada
dan tiada. "Yang banyak beredar saat ini adalah hasil budidaya yang
umumnya diekspor," ungkap Faisal.
Adapun pemasaran kayu gaharu
diatur melalui kuota. Kuota untuk Indonesia tahun 2011 sekitar 400 ton
setahun. Jatah terbesar dipegang Papua dan Kalimantan, sedangkan NTB
mendapat jatah 8 ton pada tahun 2011. Jumlah yang sama untuk tahun 2012
nanti.
Permintaan terbesar gaharu kelas super dari Timur Tengah, sisanya kelas menengah-bawah diekspor ke China dan Taiwan.
Di
Arab Saudi, biasanya kayu gaharu dijadikan bahan mandi uap untuk
menghilangkan bau badan yang kurang sedap, di China dan Taiwan umumnya
untuk wewangian dupa, sedangkan di Thailand ampasnya untuk bahan membuat
obat nyamuk.
Soal bibit, tutur Faisal, masih tersedia cukup
banyak di NTB dan dibudidayakan di kawasan hutan Gunung Rinjani;
Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa; dan lingkar tambang PT Newmont Nusa
Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat.
Stok jenis gaharu girinof
yang umumnya tumbuh dibudidayakan dan dikirim dari NTB sekitar 100.000
batang per tahun. Tingginya 25-35 cm dengan umur setahun.
http://regional.kompas.com/read/2011/11/06/12125867/Permintaan.Ekspor.Gaharu.Tetap.Tinggi
- Penulis :
- Khaerul Anwar
- Minggu, 6 November 2011 | 12:12 WIB
0 komentar:
Posting Komentar